Ramadhan sudah dekat, tentu setiap orang tua menginginkan anak- anak taat pada Perintah Allah. Mungkin juga ada rasa bangga dan bahagia pada orang tua ketika anak-anaknya mudah diajak beribadah.
Namun ortu perlu hati-hati dengan ekspektasi pribadi juga ekspresi kebahagiaan yang ditunjukkan. Jangan sampai membuat anak jutru berpikir untuk berbohong demi hanya ingin melihat ortunya bangga.
Berikut ini langkah-langkah mempersiapkan anak belajar dan menjalani puasa
Sambut dengan antusias
Sambut Ramadhan dengan antusias, lebih antusias daripada membicarakan liburan atau hal-hal lain seperti ulang tahun jika anda biasa merayakannya. Mulai bercerita betapa menyenangkannnya berpuasa, apa pengaruh baiknya bagi diri, apa keuntungannya bagi Pre Frontal Cortex manusia dll
Pencatatan Progress
Ajak anak untuk menyepakati pencatatan progressnya. Misalnya dg membuat 29 kotak harian untuk evaluasi hari-hari puasa yang dijalani. Boleh-boleh saja membuat star board atau reward book. Hias sesuai minat anak, dan biarkan ia menentukan sendiri target pencapaiannya. Tekankan bukan banyaknya sticker atau star yang didapatkannya yang utama, tetapi kejujuran dan upayanya. Tidak perlu hadiah mahal, cukup pujian, pelukan, tepukan. Kalaupun ada hadiah berupa benda, jadikan sebagai bonus yang tidak dijanjikan sebelumnya. Rasa terlalu ingin hadiah itu mendorong anak berbohong untuk mendapatkannya
Praising Only
Karena levelnya masih belajar dan belum wajib maka yanga da hanya apresisiasi, tidak ada reprimand dan jangan pernah membandingkan seperti kalimat “ih malu, si A umurnya lebih muda dari kamu usah puasa” dll. Berhasil sampai maghrib maupun tidak tetap berikan apresiasi atas upayanya untuk berusaha
Persiapkan Perbedaan
Bagi anak-anak yang teman sekolahnya banyak yang berpuasa memang lebih mudah, tetapi bagi anak-anak yang jarang atau tidak ada temannya berpuasa, misalnya bersekolah di International School, tentu ada 2 upaya sekaligus, yaitu upaya puasa maupun upaya untuk tetap nyaman meskipun berbeda. Maka apresiasi juga upaya keduanya ya. Ajarkan anak untuk tidak mencela anak lain yang tidak berpuasa, sekaligus tidak merasa minder karena berbeda
Tidak Melanjutkan Puasa Yang Putus di Tengah Hari
Jika sudah berbuka atau terputus di tengah hari, jangan diteruskan lagi hingga waktu berbuka karena anda mengajarkan pesan yang keliru tentang berpuasa. Apalagi kalau ditambah greeting. “Alhamdulillah kuat ya nerusin sampai maghrib…” Ini jelas menginstall belief yang salah. Ekpektasi waktu makan yang tidak jelas target waktunya justru mengganggu sekresi enzim dan asam lambung. Jika sudah terputus pada hari itu ajak anak untuk memiliki target baru di hari berikutnya dengan menambah waktu puasa secara bertahap dan meningkat.
Kegiatan Asyik Yang Bermanfaat
Ajak anak berkegiatan yang menyenangkan di waktu-waktu genting seperti menjelang asar. Lakukan dengan gembira.
Tidak Membanding-bandingkan
Tidak usah bertanding dengan anak tetangga untuk pencapaiannya ya.. apalagi dengan wall FB sebelah
Lebih Dekat dan Bersyukur
Biasakan anak berkomunikasi dengan Allah, misalnya ketika berhasil sampai waktu yang ditargetkan, ajak anak bersyukur sudah diberi kekuatan. Jika belum berterimakasih juga sudah mempunyai kesempatan belajar dan mau belajar lagi, dll
Setiap manusia telah memiliki fitrah Iman dan kemampuan belajar hingga piawai.
Selamat menjaga fitrah anak..
#enlighteningparenting
Sumber: www.okinafitriani.com
IG @okinaf
FB Okina Fitriani