
Tanya :
Saya sekolahkan anak saya di Islamic School dengan harapan dia mendapatkan cultur Islami. Tapi dia dapat cara nembak cewek, dan hal-hal seperti itu. Apakah saya harus mengisolasi anak di rumah supaya tidak terpengaruh hal-hal buruk? Bagaimana membuat imunitas anak ini, supaya kalau saya lepas di hutan, di mana-mana pun, dia bisa tetap baik?
Jawab :
Ketika anak usianya sudah 12 tahun, mestinya imunitasnya sudah bagus. Gunakan analogi lampu merah. Kita semua sudah tau kalau lampu merah artinya berhenti, lampu kuning hati-hati dan lampu hijau boleh jalan. Semua orang sudah tahu aturan itu. Nah ketika di jalan, anak melihat ada orang berhenti, lalu ada juga yang tetap melaju saat lampu merah menyala.
Tugas kita sebagai orangtua, menanamkan value,”Ada umat yang taat pada peraturan, dan ada umat yang melanggar peraturan. Jadi, kamu akan menjadi bagian dari komunitas yang mana, yang taat aturan atau melanggar?”
Maka anak akan punya identitas. Aku ini golongan orang yang taat.
Ketika anak saya usia 10 tahun, ditanya temannya,
” Kok kamu gak punya Instagram?
Dia bisa berkata,”Eh, itu ada aturannya. Instagram itu untuk orang yang usianya sudah 13 tahun. Jadi kalau kamu mengiming-imingi punya Instagram, itu bukan aku yang salah, tapi kamu yang salah.”
“Tapi Kami semua punya.”
“So which part are you? Kamu golongan orang yang ikut aturan, atau golongan pelanggar?”
Anak saya adalah satu-satunya anak yang menjalankan puasa di sekolahnya. Padahal di sekolah ada 7 anak yang muslim. Sebagian besar murid di sekolahnya non muslim.
Ketika temannya bilang, “Kita ini masih perlu gizi. Kalau kamu puasa nanti kamu kurang gizi.”
Terus apakah kemudian anak saya nangis mewek dalam keadaan lapar? Tidak. Dia menjawab,”Sehari semalam itu ada 24 jam. Apakah gizi hanya bisa dipenuhi saat jam 12 siang? Kalau kamu makan saat jam 7 malam dan dini hari saat sahur, gizimu tetap terpenuhi. “
Yang dilakukan anak saya itu namanya imunitas. Artinya dia punya keberanian bicara asertif, menasehati atau menegur temannya, tanpa menyakiti. Dan itu ditanamkan di rumah oleh orang tua dari usia 0 sampai 12 tahun.
Di luar rumah pasti ada masalah. Dimana pun akan ada masalah.Tapi anak kita di rumah harus tahu betul bagaimana bersikap assertif. Bagaimana dia bisa menolak hal-hal yang tidak baik. Dan itu dilatihnya di rumah.
Latihan. Latihan menegur ayahnya. Latihan menegur ibunya. Yang ditegur jangan baper. Kalau cara menegurnya kurang enak, beri masukan. Lalu ajari menegur temannya dengan yang namanya role playing. Ajari adab, adab, adab. How to handle friend, how to handle people. Insya Allah dia dicemplungi di hutan, di negara lain, di mana-mana pun tetap aman.
Latih anak kita. Karena tidak mungkin di dunia ini baik semua. Apalagi nanti di kantor dia bisa saja bertemu dengan bos, rekan kerja dan orang lain dari berbagai latar belakang yang berbeda value-nya.
Jadikan anak kita mampu menghadapi segala situasi tetapi tetap santun dan beradab. Jadikan anak-anak kita, anak yang tahu dia itu bagian dari cicak, atau bagian dari burung, ketika nabi Ibrahim dibakar!
Sumber : www.julianadewi.com
IG : @dewisutedja
FB : Juliana Dewi